Kamis, 15 Maret 2012

Magang di RS Den Haag-Hari 1 Part1/2

Ini cerita pengalaman saya sewaktu diajak oleh sepupu saya untuk magang di rumah sakit tempatnya bekerja di Den Haag Belanda. Dan ini adalah hari pertama magang jadi 'kuli' di rumah sakit Medisch Centrum Haaglanden-MCH, Den Haag, freeesh from the oven, from hertenrade straat, Den Haag..check this out

Hari itu senin, 24 januari 2011.... saya terbangun pukul 6.30 pagi, saya langsung melihat keluar jendela daaaaaan seperti biasa masih gelaap gulita tapi cuacanya sangat indah dan suhu 3 derajat celcius (dingiiiin bo')... Dengan sedikit malas dan ngantuk (semalam gak bisa tidur karena berdebar-debar a.k.a palpitasi en temanku ajak chatting semalaman) tapi juga sangat antusias karena mau magang di 'tempat orang' (ini sok jago namax, hahaaha), maka saya pergi untuk mandi dan bersiap-siap... pukul 8.35 WTS (waktu setempat, hahaha) saya dah mangkir di halte bus, nunggu bus no 25 jurusan Grote Markt (bahasa Indo: Pasar Besar), dan perasaanku lebih palpitasi gak karuan (coba deh di EKG klo gak pusing liat iramanya) karena sodara-sodara, hari pertama menginjakkan kaki di negeri ini saya hilang naik bus, jadi sedikit trauma. Setelah sekian lama menunggu akhirnya pucuk dicinta bus pun datang tapi FULL, aseeeeeem.. janjiannya jam 9 sama dokter internist (ahli penyakit dalam) itu... berselang 10 menit, datanglah bus 25 lainnya, dan yippiiiiiiiiiiiiiie kosong  ...lalu
Saya (S): 2 zones, please  (rute busnya pake sistem zona gitu deh)

Driver(D): okay, 2.40 euro
S: oh ok, could you please, remaind me to step down in Brouwersgracht station later on??
D: oh, no need to worry ma'am, they'll annouced it later, before the halte...
maka duduklah saya di samping pak supir yg sedang bekerja, mengendarai bus supaya baik jalannya... tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk, apaaaaa cobaaa.....
Kemudian saya mengambil hape butut saya dan memutar lagu2 belanda (cieeeeeeeeee) maksudnya lagu-lagu rohani yang saya dapat di gereja Belanda sembari menikmati kota Den Haag yang mulai diterangi matahari (matahari terbit jam 9 pagi). Suasana terlihat sangat sibuk namun tetap tenang, rumah-rumah bergaya Eropa tua dan Eropa jaman pertengahan berjejer di tiap sisi jalan dengan kokoh dan gagah dengan pohon-pohon tuanya yang besar, tidak ketinggalan sentuhan modern melalui flat-flat modern yang agak kaku dengan warna yang mencolok. Semua bangunan tua terbuat dari batu bata dan hanya sebagian kecil yg di 'plester' ataupun di cat warna-warni. 

Tak terasa sekitar 20 menit perjalanan, saya tiba di halte tujuan, hoooooplaaah........ maka saya turun lalu menyeberang dan mencoba mencari marka jalan menuju rumah sakit itu, mata saya lalu tertumbuk di sebuah marka jalan yang gede, MCH WESTEINDE tulisnya...jalan terus (bacaku), jalan 30 meter kemudian saya menemukan panah untuk membelok ke kanan, dan beloklah saya dan menemukan bangunan yang ruuuuuuuuaaar biasaaaa gedenya (pingsan)...  Memasuki pekarangan sayap kirinya (mungkin) disebelah kiri jalan yang saya lewati terdapat sisi lain rumah sakit yang dulunya adalah asrama para biara lengkap dengan sebuah gereja tua dibelakangnya, ternyata memang rumah sakitnya bagian dari kompleks gereja dahulu kala, berjalan terus saya tiba di depan entrance-nya dengan pintu putar yg gede dan transparan (untung tidak terputar-putar saya, maklum katro X_x).  Saya melewati satu pintu otomatis lagi dan tibalah saya di lobby rumah sakit yaaang ujubileeeeeeeeeeee, ini rumah sakit atau mall karena di lorong depan saya terbentang cafe-cafe dan kantin serta toko bunga, dll dengan bau roti dan makanan yang enak-enak menggugah selera, tapi apa boleh buat itu bukan tujuan utama, maka saya memutuskan untuk berbelok ke kiri, disitu saya melihat banyak orang yang sedang duduk mengantri tunggu panggilan yang saya gak tau panggilan apa, daan kemudian saya berjalan terus mencari lift untuk ke lantai & (tempat kakakku dan si dokter). YEEEES, saya membaca "lift 1" (looooh emangx ada berpa lift?? pikirku), aaaahh naik saja padahal lift itu hanya sampe lantai 5 angkanya ( padahal mau ke lantai 7, kaaan bisa naik tangga en sambung lift berikutnya kek angkot, pikirku lagi). TING TONG, saya sampe di lantai 5, dan JREEEEEEEEEEEEENG, BUNTU sodara-sodara!!! dan sepi dan temaram ckckckckk..... nyaris menangis tapi untung ada none blande-india lewat, langsuuung aja sa sikaaaaat
Saya: eerr, miss could you tell me how to get to the 7th floor??
Ms.XX: ooh met de lift --> (pake lift dong)
Saya dalam hati: ( WHAAAAAAAAAAAT???!!! gak bisa inggris??? langsung berbintang-bintang kepalaku, untung saya mencoba tegar dan kuat, wkwkwkwkwk).... met de lift?? deze lift?? ( artinya: dengan lift?? lift yang ini?? sambil nunjuk lift yang sudah saya tumpangi)
Ms.XX: nee, met de andere lift ( artinya: tidak, bukan itu tapi lift yang lainnya lagi), #$^&$*^%*#$*%$^%#^*$E..
Saya: heeeeeeeeeeehh?? (tambah puyeeeeng saya, tuiiiiiing2, berbekal bahasa Belanda yang amburadul tapi untung saya tangkap maksud baiknya nona itu).... met de andere lift?? waar?? mag ik use de stair?? (artinya:  pake lift yang lain?? dimana?? boleh gak pake tangga itu untuk keatas??)
Ms.XX: nee. de andere lift beneden, je moet ga naar beneden en ga met de andere lift ( artinya: tidak, lift lainnya itu ada dibawah, ko harus turu kembali dan mengambil lift yang lainnya) sambil tersenyum manis
Saya: zo, ik moet ga naar beneden?? ( artinya: jadi saya turun kembali neeeh??) kataku putus asa (base ground bo' tempat ambil lift).

Turunlah diriku dengan perasaan gak karuan, dan alhasil nyasar lagi di lantai 1, (AAAAAAAAARRRGGGHHH)... dan bertemu nenek tua yang hendak naik ke lantai atas tapi malah masuk ke lift yang mau menuju ke bawa padahal sudah saya kasi tau
Nenek: ik ga naar boven (saya mau ke lantai atas)
Saya: oh ja, maar deze lift ga naar beneden ( oh ya, tp ini lift maw ke bawa)
Nenek: ja maar ik will ha naar derde, boven ( ya, tapi saya kan maw ke lantai 3, diatas)
Saya: ja, weet ik maar deze naar beneden (ya, sa tau tapi ini lift maw ke bawa)
gileeeeee setelah bertengkar cukup alot dan saya gak maw ribut maka saya mengalah dan membiarkan si nenek masuk ke lift yang tidak bisa jalan2 (wakakakakakkaka,puaas saya)... gue bilang juga apa nek, gak denger seeeh... kemudian saya menyuruhnya menaiki lift yang disebelah untuk naik... singkat cerita saya tiba di base ground, dan mencari-cari lift. Setelah clingak clinguk gak menentu dan ternyata sangat mencurigakan bagi perawat-perawat disitu akhirnya saya melihat "lift 2-3", aah-haa...saya mengikuti anak panah dan menuju ke "lift 2" dan ternyata itu adalah 'area lift' karena disebelah kanan ada 5 lift umum dan berhadapan dengan itu terdapat 5 lift untuk pegawai-pegawai rumah sakit.

Saya kemudian menaiki lift yang terbuka dan melihat deretan-deretan angka 1-14 tidak termasuk baseground (B) dan kelder (K), gimana sa gak hilang klo begini. Sampai di lantai 7, ternyata kakakku sudah menunggu dengan cemas wakakakakkak... Untunglah dokter yang akan saya temani belum datang dan saya dipersilahkan menunggu diruang asisten (residen) yang kecil, hanya terdapat satu meja lengkap dengan PC. Disitu duduk seorang residen interna baru, perawakannya cukup hangat, bermata biru cerah dan besar, rambutnya pirang dan dibelah tengah, dan tidak terlalu tinggi :P, hello ik ben Bert Jan, katanya sambil mengulurkan tangannya dan tersenyum. Ze is mijn nicht van Indonesia en ze spreekt engels, (artinya: dia sepupuku dari Indonesia, dan dia hanya bisa bicara inggris) kata kakakku memperkenalkan. Setelah dipersilahkan duduk, maka saya pun menikmati kopi yang disediakan kakakku, sambil bercakap2 sebentar dengan Dr. Bert Jan, tentang "siapakah saya" dan dia pun mengerti, kemudian kami diam cukuuuuuuuuuuuuuuuuup lamaaaaa (cieeee...), sampai dia membeberkan kasus yang sedang dia baca dan dapat tentang seorang pasien post transplantasi ginjal, dengan keluhan utama nyeri abdomen.

Belum sempat bicara jauh, seorang dokter perempuan tengah baya yang semampai berambut lurus pirang sebahu dan bermata abu-abu masuk dan 'syooook' melihat saya... "wie bent jij??" (sapa kamu??) tanyanya... i'm a medical student from indonesia en... dismbung oleh Dr. bert yang menjelaskan dalam 'bahasanya'.. Dokter itu kemudian tersenyum hangat dan mengulurkan tangan, "hi nice to mmet you" katanya sembari mengulurkan tangan.. Saya pun menyambutnya dengan riang gembira  sambil curi-curi pandang saya melirik ke papan namanya "Leyten, Internist", kataku dalam hati. setelah itu dia duduk dan berdiskusi dengan Dr. Bert. Setelah 15 menit berdiskusi cukup tegang, akhirnya mereka menyadari bahwa selain mereka ada saya, ahahahha, dan ternyata mereka hanya membicarakan sistem rumah sakit.. Kemudian kami bertiga berdiskusi bersama tentang pasien itu, mereka menjelaskan banyak hal kepada saya (asyiiiiiiiik kek brainstorming deeh) dengan sabar.


Tepat pukul 9.30 seorang dokter lainnya datang, dia seorang perempuan, bertubuh tinggi besar, berkulit gelap dan terlihat sangat berwibawa dengan segelas kopi ditangan, memotong diskusi kami. Matanya langsung menuju ke saya dan tertawa lepas sambil mengusap-usap punggung saya " oooohh here you are, I'm so sorry I'm late, ahahahah" sambutnya dengan ramah dan ceria, saya tidak sempat melirik papan nama dokter itu.. Saya merasa sangat tersanjung dengan penyambutan mereka, sangat terbuka, sangat hangat, padahal saya bukan apa-apa dibanding mereka.. Diskusi pun kami lanjutkan kembali dan dengan senang hati mereka mau berbahasa Inggris demi seorang anak ingusan kek saya,

 Selesai berdiskusi, kami mendatangi pasien itu (maaf ya saya tidak menjelaskan penampilan dr pasien) untuk diperiksa. Dr. Leyten adalah dokternya dan Dr. Bert adalah asistennya.. Dr. Leyten memperkenalkan 'tim' yang ia bawa, dan beliau memperkenalkan saya sebagai kolega dari Indonesia yang sedang belajar kedokteran (tersanjung banget). Setelah Dr. leyten menganamnesis (bertanya-tanya tentang keluhannya) , beliau kemudian melakukan pemeriksaan fisis, dan dengan tidak ragu2 Dr. Leyten menyerahkan stetoskopnya agar saya pun ikut mendengar apa yang beliau dengar (WOOOOW)... Sesudah memberi rencana kerja dan pengobatan kepada suster ruangan yang adalah kakakku sendiri, maka kami pamit... Tiba-tiba  dia berbalik menghadap saya dan bertanya " what do u hear??" katanya, "hmm i hear the peristaltic sound but its irregular and decrease" jawabku mencoba tenang... " yes, you right" katanya..kemudian kami kembali ke ruangan dan berdiskusi, dan kemudian Dr. Leyten dan si dokter yang tinggi  itu keluar, maka tinggallah saya lagi dengan Dr. Bert berdua yang kemudian menyuruh saya agar mengejar si dokter yang tinggi besar itu, dan untuuung dia terkejar karena sedang bicara dengan seorang kepala perawat, lalu saya melihat papan namanya " Florence Ayuketah Ekokobe, Chef de Clinique", WHAAAAAAAAAAAAAATTTTT??? ternyata yang saya akan temani adalah seorang kepala klinik (padahal orangnya masih muda), akhirnyaq saya yang syoooooooook, tangan dingin, palpitasi,kepala sakit, dll

Kemudian kami memulai pekerjaan pagi itu dengan misi pertama " mencari jas dokter untuk saya" wakakakak... So, kami pergi ke tempat laundry di lantai dasar, tapi ternyata pegawainya pada makan siang dan buka kembali 11.45 artinya 45 menit kemudian,

Maka kami memutuskan untuk melanjukan pergi ke ruang EMERGENCY ROOM,, ruang tersibuk... disitu terdapat sebuah meja besar dimana terletak sekitar 7 PC komputer dan diseberangnya terdapat 5 PC, dan semua terhubung online dengan setiap kamar dari pasien dan juga hasil-hasil laboratorium dan dokumen-dokumen penting lainnya dari pasien, dibagian langit-langitnya terpasang komputer touch screen, 2 buah, dan sebuah ruangan kecil dibelakang dari meja besar itu bersisi 3 buah komputer, semua bekerja secara online dan cepat,semua komputer- komputer itu  terisi penuh..  Dr. Ayuketah kemudian mulai memperkenalkan saya pada semua staff di ER (secaraaa kepala klinik yaaa)...mereka terdiri dari perawat-perawat, kemudian, beberapa Co-assisten, Semi-art( koas tingkat akhir), Art (dokter magang), Art of "departemen" (residen-residen).. Seorang perawat pria senior kemudian, berkomentar "oh my, she has happy face' (busyeeeeet itu karena saya ketawa terlalu lebar), alhasil semua langsung balik dan tertawa, aseeeeeeeem...lalu saya bertemu dengan seorang dokter magang yang berwajah cantik dan ramah, pipinya tembem dengan semburat pink, berambut pirang potongan bob dan mata birunya langitnya dibingkai dengan kacamata modern, setinggi saya, dia selalu tersenyum, dan dy selalu bertingkah menyenangkan, namanya Dr. Sanne Gianotten, dia baru jadi dokter 3 bulan lalu, kemudian ada juga seorang Semi-art Lidewij bertubuh tinggi semampai seperti model, berambut pirang dan ikal yang dikuncir, memakai boot selutut, berwajah cantik dan juga sangat ramah...
Lidewij

Tidak lama berselang,saya kemudian diajak untuk kembali ke ruang laundry karena gak bisa masuk periksa pasien tanpa 'identitas', sesampainya di ruang laundry saya melihat dimana semua pakaian-pakaian dinas tersedia dengan bersih dan apik ( pakaian dinas gak boleh dibawa pulang, karena harus dicuci dan disterilisasikan daaaaaaaaaaan ternyata tiap pakaian punya chip jadi bisa terlacak, siapa yang gak kembaliin  pakaian)...Dr. Ayuketah berbincang dengan sang petugas laundry yang kemudian memberikan kartu pengenal yang kosong untuk saya, "What size she is??" tanya petugas itu pada sang dokter, "She's wearing 'S' i think" ('sekecil' itukah ukuran saya di Belanda, kalo di Indonesia L) .. Lalu saya merendah dan menjawab "oh "M" pls, "S" is too short for me (dalam hati saya gak berhenti ketawa)...

Setelah mendapatkan jas putih saya yang sangat cocok dan sepadan, maka dimulailah petualangan ku di rumah sakit, di bagian emergency... to be continued part2

Jumat, 16 Desember 2011

Lambang Kedokteran

Gambar disamping pasti dah gak asing lagi bagi kita kan?! Ya, lambang itu adalah milik organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Selain IDI, masih banyak organisasi lain yang juga menggunakan lambang yang hampir serupa terutama organisasi-organisasi kesehatan seperti IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), dan PERDAMI (Perhimpunan Dokter Mata Indonesia). Jika dilihat lebih teliti kita bisa menemukan adanya kemiripan dari lambang-lambang tersebut, yaitu gambar ular yang melilit tongkat. Sepintas gambar tersebut terlihat sederhana, namun tahukah kita bahwa ternyata ada makna yang istimewa dibalik gambar ular-tongkat tersebut? Dalam perkembangannya ada dua versi mengenai gambar ular-tongkat tersebut. Versi yang pertama adalah gambar di mana seekor ular yang melilit sebatang tongkat, yang disebut sebagai tongkat Asclepius (The Staff of Asclepius). Sedangkan versi kedua adalah dua ekor ular yang saling melilit dengan sebuah tongkat dan sepasang sayap di atasnya, yang disebut sebagai tongkat Hermes (The Karykeion of Hermes). 


1. The staff of Asclepius

Asclepius adalah seorang ilmuwan/dokter dari Yunani yang kemungkinan hidup pada tahun 1200 SM. Asclepius digelari sebagai God of Healing (Dewa Penyembuh) karena kemampuan yang dimilikinya dalam menyembuhkan orang sakit. Menurut mitologi, Asclepius adalah anak dari Apollo dan Coronis. Menurut cerita mitologi Yunani, ia memperoleh pendidikan kedokteran dari Cheiron (seorang centaur/manusia bertubuh kuda) dan dikaruniai kemampuan untuk menyembuhkan (healing) serta membangunkan orang mati. Ia memiliki tiga orang anak perempuan yaitu Meditrine (“medicine”), Hygeia (“hygiene”), dan Panacea (“all healing”). Bersama Asclepius, ketiganya sering dijadikan semacam pilar ilmu kedokteran.   


Dalam perjalanan karirnya, Asclepius mendirikan kuil yang disebut Asclepions(Asclepieia). Orang-orang sakit datang dan mendapat pengobatan di kuil tersebut. Mereka dilayani oleh para Asclepiadae (“murid-murid Asclepius”) serta menyerahkan persembahan kepada dewa atas kesembuhan yang mereka peroleh. Pada kuil tersebut juga terdapat banyak ular jinak yang dipelihara sebagai wujud penghormatan kepada Dewa.




 
Lalu, mengapa ular digunakan sebagai simbol? Ular adalah hewan yang memiliki kemampuan untuk berganti kulit setelah periode waktu tertentu, dan hal ini sering dikaitkan dengan “kehidupan/kesembuhan yang baru”. Bisa ular dapat berfungsi sebagai racun namun dapat juga berfungsi untuk mengobati, layaknya obat-obatan (farmako) pada saat ini juga dapat berfungsi untuk menyembuhkan penyakit namun dapat juga menjadi racun. Ular juga melambangkan sifat seorang dokter yang bekerja dengan kehidupan dan kematian. Nah, mengapa tongkat juga dipilih sebagai simbol? Ada beberapa pendapat yang dikemukakan. Tongkat merupakan simbol kemandirian seorang Asclepius dalam bekerja dan mengobati. Tongkat juga bisa berarti “penopang” pada saat seseorang sedang menderita penyakit. Namun demikian, secara bersamaan ular dan tongkat merupakan lambang profesionalisme dan kemandirian seorang dokter. 
2. The karykeion of Hermes/the caduceus of Mercury
Agak sedikit berbeda dengan Asclepius, tongkat Hermes (hermes adalah nama untuk mitologi Yunani, sedang di Romawi hermes dikenal dengan nama Mercury) dililit oleh dua ekor ular dan memiliki sepasang sayap di ujungnya (karykeion=caduceus=tongkat). Hermes sendiri merupakan tokoh dalam mitologi Mesir, namun namanya tidak secara spesifik dikaitkan dengan ilmu kedokteran. Ia sendiri lebih sering dikaitkan dengan ilmu kimia (alkemia), astronomi, metalurgi (ilmu logam) hingga sastra. Bahkan istilah alchemist (para ahli kimia) merujuk kepada “anak-anak Hermes”. Adapun tongkat dengan sepasang ularnya, konon berasal dari legenda ketika Hermes sedang berjalan dan ia melihat sepasang ular sedang berkelahi. Hermes pun mengambil tongkatnya dan memisahkan kedua ular itu, dari situlah muncul simbol tongkat dengan sepasang ular yang melilitnya. 

Lambang kedokteran versi Hermes pertama kali digunakan pada tahun 1902 oleh korps kesehatan militer AS. Sejak saat itu ada anggapan bahwa tongkat Hermes sama dengan tongkat Asclepius dan menjadi sering digunakan secara rancu sebagai lambang kesehatan. 
Belakangan kerancuan ini dikaji kembali dan diputuskan bahwa lambang kedokteran yang benar adalah tongkat-dan-ular Asclepius, bukan tongkat Hermes. Namun pada kenyataanya masih banyak organisasi kesehatan yang menggunakan tongkat Hermes sebagai simbolnya.
Sebuah riset yang dilakukan oleh Friedlanders (1992) mengemukakan bahwa lembaga-lembaga kesehatan profesional lebih memilih menggunakan tongkat Asclepius sebagai lambangnya (62%), sedangkan lembaga-lembaga kesehatan komersial lebih memilih menggunakan tongkat Hermes sebagai lambangnya (76%).
Beberapa organisasi yang menggunakan tongkat Asclepius sebagai lambang antara lain Canadian Medical Association (CMA), World Health Organization (WHO), Medical Council of New Zealand dan NZMA. Adapun organisasi yang menggunakan tongkat Hermes sebagai lambangnya antara lain Medcorp dan IUPS. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa tongkat Hermes adalah bagian dari Paganisme.
Sedangkan di Indonesia sendiri, berbagai organisasi kesehatan yang ada menggunakan tongkat Asclepius sebagai bagian dari lambangnya. Seperti yang terdapat pada lambang IDI, IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), Pernefri (Nefrologi), PERDAMI, dan lain-lain