A. Definisi
Kardiomiopati adalah kelainan primer otot jantung, miokardium yang menyebabkan gangguan fungsi miokardium, dengan penyebab yang tidak diketahui dan bukan disebabkan oleh penyakit bawaan, hipertensi, kelainan katup, sklerosis koroner atau kelainan perikardium [3,4,5].
B. Epidemiologi
Dibandingkan dengan penyakit jantung lainnya, penyakit otot jantung atau kardiomiopati relatif jarang ditemukan. Di Amerika Serikat kasus baru yang didapat berjumlah 50.000 tiap tahunnya, dibandingkan dengan kasus stroke yang berjumlah 500.000 tiap tahun. Tidak seperti kebanyakan penyakit kardiovaskular lainnya yang cenderung menyerang mereka yang usia tua, kardiomiopati umumnya menyerang orang muda. [6]
Akhir-akhir ini, insidens kardiomiopati semakin meningkat frekuensinya. Dengan majunya teknik diagnostik, kardiomiopati idiopatik merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang utama. Di beberapa negara dilaporkan kardiomiopati merupakan penyebab kematian sampai 30 % atau lebih dari semua kematian karena penyakit jantung. Dilated cardiomyopathy dikaitkan dengan sejumlah besar penyakit sistemik atau jantung, termasuk penyakit otot jantung tertentu (misalnya, kardiomiopati iskemik, kardiomiopati diabetes, kardiomiopati alkohol). Dilated cardiomyopathy terdiri dari sekitar 90% dari semua kardiomiopati, sekitar 25% dari semua kasus kardiomiopati membesar etiologinya tidak diketahui [7].
C. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini secara umum belum diketahui secara pasti. Diketahui banyak kemungkinan yang bisa menyebabkan kelainan ini. Pada kardiomiopati dilatasi diduga penyebabnya kebanyakan oleh coronary arthery disease (CAD), kemudian dapat pula oleh karena infeksi virus (coxasackie virus), bahan yang toksik seperti alkohol juga berperan besar, bahan pelarut organik, obat-obat kemoterapeutik dan lainnya[4,6,8]. Katekolamin, kelainan pembuluh darah koroner kecil, kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan induksi atriovenrikular serta kelainan kolagen, diduga sebagai penyebab dari kardiomiopati jenis hipertrofik[4]. Namun, kelainan autosomal yang diturunkan secara genetik diduga sebagai penyebab utamanya. Kardiomiopati restriktif zering ditemukan pada amiloidosis, hematokromatosis, deposisi glikogen, fibosis endomiokardial, eosinofilia, dan lainnya[4,8].
D. Klasifikasi
WHO menggolongkan kardiomiopati menjadi dua kelompok (berdasarkan etiologi), yaitu kardiomiopati primer yang tidak diketahui penyebabnya dan kardiomiopati sekunder yang disebabkan oleh infeksi, kelainan metabolik, penyakit sistemik, herediter familial, reaksi sensitivitas dan toksin. Pembagian kardiomiopati yang dipakai oleh WHO dan ISCF saat ini adalah menurut Goodwin yang berdasarkan kelainan struktur dan fungsi (patofisiologi), yaitu kardiomiopati hipertrofi, kardiomiopati dilatasi dan kardiomiopati restriktif [4,8].
Tabel 1. Klasifikasi Kardiomiopati [3,8,9].
| Dilatasi | Hipertrofi | Restriktif |
Gambaran | Pembesaran kedua ventrikel, gangguan kontraksi | Hipertrofi ventrikel kiri dan/atau kanan | Resktriksi pengisian dan berkurangnya diastolic filling dari salah satu atau kedua ventrikel, dengan fungsi sistolik normal atau mendekati normal |
Faktor penyebab | Iskemia, idiopatik, -genetik, imun, alkoholi, toksik, valvular | Familial (autosom dominant) | Idiopatik, amyloidosis, fibrosis endomyocardial |
Patofisiologi | Disfungsi sistolik | Disfungsi diastolik, obstruksi aliran keluar | Disungsi diastolik |
Gejala | Kiri/ biventrikular congestive heart failure | Dispnu, nyeri dada, sinkop | Dispnu, lelah, congestive heart failure-kanan |
Pemeriksaan fisik | Kardiomegali, S3, peningkatan tekanan vena jugularis, rales | S4, variasi murmur sistolik, denyut karotid bisferiens | peningkatan tekanan vena jugularis, Kussmaul |
1. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto, pembesaran otot jantung nampak secara umum. Perbedaan dengan pembesaran oleh efusi pericardial adalah [2]:
- Bentuk jantung tidak mudah berubah pada perubahan posisi
- Pulsasi jantung masih tampak pada flouroskopi, sedangkan pada efusi perikardial yang berat pulsasi jantung tidak tampak sama sekali
Kardiomiopati dilatasi. Foto toraks umumnya menunjukkan kardiomegali secara umum, ukuran jantung lebih besar dihubungan dengan prognosis buruk. Foto toraks biasanya harus diikuti dengan ekokardiografi. Studi-studi ini mungkin hanya dibutuhkan investigasi, dan pendekatan ini sejauh ini merupakan metode yang paling umum untuk mendiagnosa kardiomiopati dilatasi. Selanjutnya evaluasi fungsi jantung dapat dilakukan dengan menggunakan tomografi komputer cine (CT) scanning (dalam kasus yang jarang), skintigrafi nuklir, atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) [7]..
digunakan ketika ekokardiograi tidak memadai, namun penelitian ini sering tidak digunakan karena biaya relatif tinggi dan terbatasnya ketersediaan, serta kontraindikasi jika benda asing logam feromagnetik hadir di pasien[7].
Kardiomiopati hipertrofi. Lebih dari separuh pasien dengan kardiomiopati hipertrofi memiliki gambaran radiografi dada yang normal. Perubahan yang terjadi sering menunjukkan gambarang yang tidak spesifik. Kelainan paru yang paling umum adalah hipertensi vena akibat penurunan compliance ventrikel kiri. Mungkin ada tanda dari pembesaran atrium kiri, tetapi ukuran jantung secara keseluruhan tetap normal. Pada sejumlah kecil pasien dapat timbul pembesaran fokal. . Ini adalah hasil dari pembesaran ekstrim dari ventrikel kiri yang menyebabkan permukaan di perbatasan jantung kiri atas menjadi cekung. Secara umum, diagnosis tidak dibuat berdasarkan radiografi dada[4,10,14].
Magnetic Resonance Imaging
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah modalitas imaging kardiovaskular terbaru dan paling kompleks. Meskipun MRI telah digunakan selama lebih dari satu dasawarsa untuk melihat gambaran otak dan organ stasioner lain dalam tubuh, hanya baru-baru ini telah menjadi sebagai suatu pendekatan diagnostik kardiovaskuler. Hal ini dimungkinkan karena pencitraan jantung lebih canggih dan pengembangan komersial echo-planar imaging yang menyediakan gambar penampang jantung dalam 50 msec per potong tomografi, yang mengarah ke istilah "MRI real-time." [22].
Ekokardiografi kadang-kadang dapat dibatasi oleh jendela akustik yang kurang baik terhadap visualisasi lengkap dari dinding ventrikel kiri, dan evaluasi yang tidak akurat massa ventrikel kiri. Ekokardiografi kurang akurat dibandingkan MRI dalam mengevaluasi tebal dinding, terutama dari ventrikel kiri sisi anterolateral;. Hal ini juga kurang akurat dalam menilai kelainan gerakan dinding regional, aneurisma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar